FintalkTechnoUpdate News

Asia Economic Summit 2025: Menyatukan Inovasi, Kebijakan, dan Investasi ASEAN

Asia Economic Summit edisi perdana hadir di Jakarta sebagai forum strategis yang mempertemukan pemimpin kawasan untuk membentuk masa depan ekonomi Asia Tenggara.

Jakarta menjadi tuan rumah Asia Economic Summit (AES) 2025, sebuah forum ekonomi tingkat tinggi yang digagas oleh Tech in Asia dan The Business Times. Mengusung tema “Shaping Asia’s Future”, konferensi ini mempertemukan lebih dari 200 peserta dari seluruh Asia Tenggara—termasuk pengambil kebijakan, pemimpin korporasi, inovator teknologi, dan investor—untuk membahas masa depan ekonomi kawasan yang tengah bertransformasi.

AES 2025 bukan sekadar konferensi, melainkan ruang strategis untuk membangun dialog lintas sektor. Selain sesi panel utama, forum ini juga menghadirkan diskusi eksklusif dan sesi jejaring personal yang ditutup dengan makan malam eksekutif. Format ini dirancang untuk mendorong kolaborasi konkret antara pemerintah, startup, dan investor dalam menghadapi tantangan global seperti ketidakpastian geopolitik, perubahan regulasi, dan tekanan ekonomi digital.

Chief Operating Officer Tech in Asia, Maria Li, menekankan bahwa Asia Tenggara tengah berada di titik balik penting. Ia menyebut kawasan ini menghadapi tekanan dari berbagai sisi—mulai dari perang dagang, PHK massal, hingga penurunan investasi. Namun, dengan populasi muda yang besar, pertumbuhan ekonomi digital, dan kerangka kerja seperti RCEP, ASEAN memiliki peluang besar untuk bangkit lebih kuat. “Kami mendorong para pemangku kepentingan untuk bertindak lebih berani, berinovasi lebih cepat, dan bekerja sama lebih erat,” ujarnya.

Laporan e-Conomy SEA 2024 dari Google, Temasek, dan Bain & Company mencatat nilai bruto barang (GMV) Asia Tenggara mencapai 263 miliar USD, tumbuh 15% secara tahunan. Sektor teknologi, manufaktur, dan pariwisata menjadi pendorong utama. Sementara itu, Asian Development Bank memproyeksikan pertumbuhan ekonomi kawasan mencapai 4,6% pada 2025, melampaui China yang tengah menghadapi tekanan sektor properti dan kebijakan perdagangan.

Read More  Bahaya Debu Asbes yang Mengancam Penduduk Gaza

Indonesia sendiri mencatatkan nilai investasi asing sebesar 105 miliar USD pada 2024, tumbuh 20,8% dari tahun sebelumnya. Singapura tetap menjadi pusat arus modal dengan investasi aset tetap sebesar 10 miliar USD, naik 6,3% secara tahunan. Data ini memperkuat posisi Jakarta sebagai lokasi strategis peluncuran AES.

Editor The Business Times, Chen Huifen, menyebut Jakarta sebagai titik temu antara tradisi dan transformasi. “Kota ini memiliki posisi unik dalam perumusan kebijakan dan dinamika sektor swasta. AES hadir di tempat yang tepat untuk membahas solusi masa depan,” ujarnya.

Konferensi ini juga menampilkan sesi bertema kebangkitan AI di Asia Tenggara, strategi investasi berkelanjutan, dan integrasi ekonomi kawasan. Sejumlah tokoh penting hadir, termasuk Ronnie Chatterji (Chief Economist OpenAI), Meutya Hafid (Menteri Komunikasi dan Digital Indonesia), Vikram Sinha (CEO Indosat Ooredoo Hutchison), Amy Tan (JP Morgan Chase), dan Pandu Sjahrir (Danantara Indonesia).

Melihat antusiasme peserta dan relevansi topik yang dibahas, Tech in Asia dan The Business Times berencana menggelar Asia Economic Summit secara bergilir di kota-kota utama ASEAN. Langkah ini memperkuat komitmen kedua media untuk menjembatani kebijakan publik dan inovasi sektor swasta melalui forum yang inklusif dan berdampak.

Back to top button